Selasa, 28 April 2009





lihat para anak-anak dari marsmuda f c lagi latihan. mereka lagi pemanasan jogging alis lari lari kecil demi menjadi pemain sepak bola yang gemilang dan berkiprah untuk indonesia dimasa mendatang. semoga menjadi pemain yang terbaik dan diridloi Allah amien. oooo....... lihat ada mas didd lagi sedakep di waktu nglaatihh anak didiknya.

Selasa, 21 April 2009

Jumat, 17 April 2009

Jum'at Kliwon, 17 April 2009 / 22 Rabiul Tsani 1430 H

Striker Mesir, Berdakwah di Lapangan Hijau

Wednesday, November 26, 2008, 1:17
Kategori : Internasional, Uniq | Ada 2 Tanggapan | 72 kali dibaca | Cetak

Siapa bilang hanya seorang berprofesi ustaz saja yang mampu berdakwah. Di Mesir, seorang striker bola papan atas pun bisa berdakwah melalui lapangan hijaunya. Nama pemain ujung tombak timnas negeri Musa itu adalah Muhammad Abu Treka. Berulangkali ekspresi kegembiraannya setelah mencetak gol menyedot perhatian publik, dan hebatnya keunikan ini hanya datang dari Timnas Mesir.

Salah satu situs Islam terdepan di dunia arab, Islamonline memberitakan dahsyatnya dakwah sang striker. Abu Treka, demikian panggilan akrab beliau. Setiap berhasil menyarangkan bola di gawang lawan, ia mengekspresikan rasa syukurnya dengan sujud. Tanpa sungkan ia berlari gembira ke tepi lapangan dan bersujud di sana. Hal yang sama diikuti oleh rekan timnya yang lain. Sungguh pemandangan yang mengharukan.

Terlepas dari diterima atau tidaknya sujud syukur sang kapten, karena celana bola yang ia kenakan tak sampai menutup lutut, namun paling tidak, ia mampu memikat para penonton khususnya mereka yang non muslim. Seperti pertandingan putaran pertama seleksi piala dunia 2010, yang memperetemukan Mesir dan Kongo pada tanggal 7 September lalu. Abu Treka kembali sukses mencetak gol, dan seperti biasa, ia wujudkan rasa syukur itu dengan sujud. Warga Kongo yang menjadi tuan rumah pada pertandingan itu terdiam dan bingung, apa yang sedang dilakukan si mesin gol dari Timnas Mesir itu?

Seorang Mufti Kongo bernama Syeikh Abdullah Mangala Luaba bertutur tentang dakwah sang kapten dari pertandingan itu. Mufti ini mengatakan, bahwa sujud yang dilakukan Abu Treka dan teman-temannya se-tim setelah mencetak gol, sungguh menarik perhatian para penonton di negerinya. “Kekaguman itu telihat setelah pertandingan usai, kami didatangi oleh para penonton yang menanyakan sebab Timnas Mesir bersujud seperti itu”, cerita Syeikh Abdullah. Beliau kemudian menjawab pertanyaan mereka, “Itu dalam Islam disebut sujud syukur, ekspresi kegembiraan akan nikmat yang telah Allah berikan kepada tim mereka melalui gol”. “Demikianlah Islam mengajarkan kepada umatnya, untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang didapat,” jelas Syeikh Abdullah.

Bermula dari rasa penasaran ini, kemudian mereka semakin bersemangat ingin tahu lebih jauh lagi tentang Islam. Maka sporter Timnas Kongo pun semakin banyak bertanya kepada Syeikh Abdullah tentang apa itu Islam dan kewajiban-kewajiban yang ada di dalamnya. Pintu hidayah pun terbuka, setelah merasa mantap, mereka kemudian berbondong-bondong mendatangi Syeikh, dan mengucapkan dua kalimat syahadat di bawah bimibingan beliau.

Sang Striker

Tak seorang pun menyangkan, apa yang dilakukan Abu Treka telah menjadi pintu hidayah bagi para penikmat bola. Kapten sekaligus mesin gol Timnas Mesir bukan saja membuat kagum penonton yang memenuhi stadion nasional Kinshasa di Kongo kala itu. Dalam pertandingan sebelumnya, ketika koran Denmark menerbitkan karikatur nabi, selepas mencetak gol Abu Treka melakukan hal yang cukup unik. Ia berlari kegirangan sembari memperlihatkan kaos dalam yang ia kenakan. Kaos itu bertuliskan “nahnu fidaka ya Rasulallah” yang artinya, “Kami siap berkorban untukmu ya Rasulallah”.

Dalam pertandingan lainnya, di waktu terjadinya pemboikotan Israel atas muslim di Gaza. Abu Treka juga menunjukkan simpatinya. Kali ini kaos dalam yang ia kenakan bertuliskan “Ta’athufan ma’a Gazza, Sympathize with Gaza”. Yang berujung dengan penghapusan foto ekspresi Abu Treka saat itu dari situs Google, karena dianggap kental akan kepentingan politik.

Yang menarik sekaligus membuat haru, adalah ketika piala Afrika diadakan di Mesir bulan Februari, tahun 2006 lalu. Saat itu Timnas Mesir menjadi juara, setelah sukses mengatasi Pantai Gading melalui drama adu penalti dengan skore 4-2. Selepas menerima piala dari Presiden Husni Mubarak, Timnas Mesir yang dipimpin Abu Treka itu menuruni podium dan kembali ke lapangan hijau. Kemudian mereka membentuk shaf, dan melakukan sujud syukur bersama. Subhanallah! Mungkin itu untuk pertama kalinya terjadi dalam sejarah persepakbolaan. Sebuah ekspresi kemenangan yang luar biasa, dan hebatnya itu hanya ada di Mesir. Rabbunâ yubârik fîkum yâ muntakhab Masr…

kiriman dari Muhammad Syarief, Mahasiswa Pascasarjana AOU, Kairo.


  1. MASYA ALLAH…..

nter akhirnya sanggup mempermalukan musuh besarnya Juventus di Stadion Giuseppe Meazza (22/11). Gol semata wayang dari Sulley Ali Muntari menyambut umpan Ibrahimovic sanggup menamatkan perlawanan Si Nyonya Tua di Stadion Giuseppe Meazza yang dipadati oleh 76.000 penonton. Muntari yang direkrut Inter Milan dari Portsmouth awal musim ini dengan kontrak empat tahun senilai €16 juta sanggup membuat Interisti tersenyum.

Malam itu Inter memang tampil luar biasa. Beberapa peluang berhasil dibuat oleh Javier Zanetti dan kawan-kawan. Dapat terlihat dari shoot on goal Inter membuat 9 dan Juve hanya 2. Jika saja kiper Juventus Manninger tidak tampil luar biasa mungkin Inter bisa unggul lebih dari satu gol. Beberapa kali ia mementahkan peluang emas yang dimiliki oleh para pemain Inter.

Selebrasi Sujud Muntari
Selebrasi Sujud Muntari


Hal yang cukup menarik setelah mencetak gol Muntari langsung melakukan sujud syukur. Subhanallah, luar biasa sekali bisa melihat pemandangan seperti itu di Eropa. Muntari memang salah satu pemain Muslim yang dimiliki Inter selain Zlatan Ibrahimovic. Pemain asal Ghana ini sepertinya ingin menunjukkan jati dirinya sebagai Muslim. Ia bersujud syukur kepada Allah SWT karena sanggup mencetak gol yang menentukan.

Selebrasi sujud syukur itu mendapat tanggapan positif dari kaum Muslim Italia. Berikut ini pernyataan Italian Muslim Website, Islam Online mengenai sujud syukur Muntari.. (pake bahasa inggris aja yah, males nerjemahinnya.. hehe.)

"Not because we root for Inter, but because we are Muslims, we cannot do anything but rejoice for the ’Sujud ash-Shukr’, of Sulley Ali Muntari who reminded all of us how you honour Allah, even on a football field. We are certain that Muntari’s example will be important for thousands of young Muslims that make up an important part of the sport in Italy," demikian kata Hamza Piccardo, direktur Islam-Online, saat diwawancarai oleh Adnkronos International (AKI).

muntari gol gawang juve
Muntari mencetak gol menentukan ke gawang juve

Saat melawan Napoli (30/11) ia mencetak 1 assist dan 1 gol. Dan setelah mencetak gol ia kembali melakukan selebrasi sujud syukur. LUAR BIASA!!

Selebrasi sujud itu mengingatkan saya pada mantan striker Persib, Redouane Barkawi. Selain melakukan selebrasi jaipongan ia pun pernah melakukan sujud syukur setelah mencetak gol. (hmm.. sayang fotonya tidak ada).

Anyway, keyakinan Muntari patut diapresiasi. Mudah-mudahan ia bisa membawa Ibra yang sedikit nakal ke jalan yang benar.. Aaamiin..

Tulisan di bawah ini tidak membahas fikih ataupun tatacara sujud syukur. Yaitu sujud kepada Allah setiap kita menerima kenikmatannya.

Tulisan ini adalah berisi tentang praktek sujud syukur yang dilakukan oleh hamba Allah, yang tak malu-malu mengekspresikan kesyukurannya dengan cara islami. Tak tanggung-tanggung, di dalam lapangan bola dalam pertandingan berskala internasional. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Muhammad Syarief, Mahasiswa Pascasarjana AOU, Kairo. http://eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/straiker-timnas-mesir-berdakwah-dari-lapangan-hijau.htm

Striker Mesir, Berdakwah di Lapangan Hijau

Siapa bilang hanya seorang berprofesi ustaz saja yang mampu berdakwah. Di Mesir, seorang striker bola papan atas pun bisa berdakwah melalui lapangan hijaunya. Nama pemain ujung tombak timnas negeri Musa itu adalah Muhammad Abu Treka. Berulangkali ekspresi kegembiraannya setelah mencetak gol menyedot perhatian publik, dan hebatnya keunikan ini hanya datang dari Timnas Mesir.

Salah satu situs Islam terdepan di dunia arab, Islamonline memberitakan dahsyatnya dakwah sang striker. Abu Treka, demikian panggilan akrab beliau. Setiap berhasil menyarangkan bola di gawang lawan, ia mengekspresikan rasa syukurnya dengan sujud. Tanpa sungkan ia
berlari gembira ke tepi lapangan dan bersujud di sana. Hal yang sama diikuti oleh rekan timnya yang lain. Sungguh pemandangan yang mengharukan.

Terlepas dari diterima atau tidaknya sujud syukur sang kapten, karena celana bola yang ia kenakan tak sampai menutup lutut, namun paling tidak, ia mampu memikat para penonton khususnya mereka yang non muslim. Seperti pertandingan putaran pertama seleksi piala dunia 2010, yang memperetemukan Mesir dan Kongo pada tanggal 7 September lalu. Abu
Treka kembali sukses mencetak gol, dan seperti biasa, ia wujudkan rasa syukur itu dengan sujud. Warga Kongo yang menjadi tuan rumah pada pertandingan itu terdiam dan bingung, apa yang sedang dilakukan si mesin gol dari Timnas Mesir itu?

Seorang Mufti Kongo bernama Syeikh Abdullah Mangala Luaba bertutur tentang dakwah sang kapten dari pertandingan itu. Mufti ini mengatakan, bahwa sujud yang dilakukan Abu Treka dan teman-temannya se-tim setelah mencetak gol, sungguh menarik perhatian para penonton di negerinya.

"Kekaguman itu telihat setelah pertandingan usai, kami didatangi oleh para penonton yang menanyakan sebab Timnas Mesir bersujud seperti itu", cerita Syeikh Abdullah. Beliau kemudian menjawab pertanyaan mereka, "Itu dalam Islam disebut sujud syukur, ekspresi kegembiraan akan nikmat yang telah Allah berikan kepada tim mereka melalui gol". "Demikianlah Islam mengajarkan kepada umatnya, untuk senantiasa mensyukuri nikmat
yang didapat," jelas Syeikh Abdullah.

Bermula dari rasa penasaran ini, kemudian mereka semakin bersemangat ingin tahu lebih jauh lagi tentang Islam. Maka sporter Timnas Kongo pun semakin banyak bertanya kepada Syeikh Abdullah tentang apa itu Islam dan kewajiban-kewajiban yang ada di dalamnya. Pintu hidayah pun terbuka, setelah merasa mantap, mereka kemudian berbondong-bondong mendatangi
Syeikh, dan mengucapkan dua kalimat syahadat di bawah bimibingan beliau.

Sang Striker
Tak seorang pun menyangkan, apa yang dilakukan Abu Treka telah menjadi pintu hidayah bagi para penikmat bola. Kapten sekaligus mesin gol Timnas Mesir bukan saja membuat kagum penonton yang memenuhi stadion nasional Kinshasa di Kongo kala itu. Dalam pertandingan
sebelumnya, ketika koran Denmark menerbitkan karikatur nabi, selepas mencetak gol Abu Treka melakukan hal yang cukup unik. Ia berlari kegirangan sembari memperlihatkan kaos dalam yang ia kenakan. Kaos itu bertuliskan "nahnu fidaka ya Rasulallah" yang artinya, "Kami siap berkorban untukmu ya Rasulallah".

Dalam pertandingan lainnya, di waktu terjadinya pemboikotan Israel atas muslim di Gaza. Abu Treka juga menunjukkan simpatinya. Kali ini kaos dalam yang ia kenakan bertuliskan "Ta'athufan ma'a Gazza, Sympathize with Gaza". Yang berujung dengan penghapusan foto ekspresi Abu Treka saat itu dari situs Google, karena dianggap kental akan kepentingan
politik.

Yang menarik sekaligus membuat haru, adalah ketika piala Afrika diadakan di Mesir bulan Februari, tahun 2006 lalu. Saat itu Timnas Mesir menjadi juara, setelah sukses mengatasi Pantai Gading melalui drama adu penalti dengan skore 4-2. Selepas menerima piala dari
Presiden Husni Mubarak, Timnas Mesir yang dipimpin Abu Treka itu menuruni podium dan kembali ke lapangan hijau. Kemudian mereka membentuk shaf, dan melakukan sujud syukur bersama. Subhanallah!

Mungkin itu untuk pertama kalinya terjadi dalam sejarah persepakbolaan. Sebuah ekspresi kemenangan yang luar biasa, dan hebatnya itu hanya ada di Mesir.

Rabbunâ yubârik fîkum yâ muntakhab Masr...

Mungkin istilah sepanjang masa masih belum tepat untuk menggambarkan daftar sepuluh besar gelandang berikut ini, karena bisa saja di masa mendatang akan muncul nama-nama yang lebih hebat lagi.

Tapi, setidaknya hingga kini, sepuluh pemain ini pernah mendominasi lini tengah pada masanya sendiri-sendiri.

10. Gheorghe Hagi (Rumania)


Sang “Maradona dari Balkan” ini banyak dipuja di Rumania dan Turki. Tiga kali tampil di Piala Dunia, ia mencetak 126 kemenangan untuk Romania, dan merupakan topskor dengan 35 gol. Ia adalah satu dari sedkit pemain yang pernah tampil untuk Real Madrid dan Barcelona.

9. Cristiano Ronaldo (Portugal)


Banyak dikecam karena kelakuannya di luar lapangan, tahun ini ia justru berada di puncak ketenaran. Setelah mencetak 42 gol dalam 49 pertandingan, rasanya pantas saja jika ia dijagokan menjadi penerima Bola Emas tahun ini. Tak kurang dari Johan Cruyff juga mendukungnya. Katanya, “Ronaldo lebih baik dari George Best dan Denis Law, padahal keduanya merupakan pemain terhebat dalam sejarah United.”

8. Kaka (Brasil)


Pele pernah berujar, Kaka adalah pemain terbaik di dunia. Tahun lalu ia meraih Bola Emas, dan FIFA-pun tak ragu-ragu menganugerahkan gelar Pemain Terbaik Dunia kepadanya. Selasa lalu, (14/10), jejak kakinya diabadikan di sebelah Zico si stadion terbesar Brasil, Maracana. Mungkin kekurangannya hanyalah karena ia belum pernah memenangkan Scudetto bersama Milan.

7. Zinedine Zidane (Prancis)


Inilah salah satu dari dua pemegang gelar Pemain Terbaik Dunia tiga kali, disamping Ronaldo. Pada penampilan debutnya bersama Prancis, ia mencetak dua gol ke gawang Republik Ceko pada 1994. Namun, baru empat tahun kemudian ia menjadi legenda hidup dengan dua gol di final versus Brasil. Pada 2001, ia diboyong oleh Real Madrid dengan rekor transfer termahal senilai €76 juta.

6. Ruud Gullit (Belanda)


Peraih gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA 1987 dan 1989, ia mampu bermain di berbagai posisi. Ia turut bermain dalam pasukan Belanda yang memenangkan Euro 1988, sekaligus Piala Dunia 1990. Kedatangannya di Milan mampu mengangkat klubnya untuk memenangkan mahkota Serie A Italia untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir.

5. Roberto Baggio (Italia)


Siapa yang tak mengenal Il Codino? Ia adalah pemain paling populer sepanjang 1990-an dan awal 2000, dan hingga kini merupakan satu-satunya pemain Italia yang mampu mencetak gol pada tiga Piala Dunia. Pada Piala Dunia 1994, ia berkali-kali menjadi juru selamat Italia, dan membuka jalan ke final. Sayang tendangan penaltinya yang melenceng di final membuat Italia gagal menjadi juara untuk yang keempat kalinya.

4. Zico (Brasil)


Di mata Pele, Zico adalah pemain yang bisa disejajarkan dengan dirinya. Tak heran jika ia dijuluki “Pele Putih”. Meski dikaruniai bakat yang luar biasa dan sering diakui sebagai pemain terbaik dunia pada awal 80-an, ia tidak pernah memenangkan Piala Dunia. Padahal, ia mencetak 66 gol dari 88 pertandingan untuk Brasil, dan tampil di Piala Dunia empat kali, yaitu pada 1978, 1982 dan 1986 World Cups, dengan tim 1982 banyak diakui sebagai yang paling hebat dalam sejarah Brasil, selain tim 1970.

3. Michel Platini (Prancis)


Dunia mengenalnya sebagai salah satu spesialis tendangan bebas terbaik sepanjang sejarah, selain juga pengumpan yang handal. Di negara asalnya, tak diragukan lagi, ia adalah gelandang terbaik Prancis. Sepak terjangnya di lapangan hijau bahkan mampu membuat Zidane terlihat kecil. Dan itulah yang dikatakan Zidane tentang bintang pujaannya, “Saat saya kecil, saya selalu memilih untuk bermain sebagai Platini bersama teman-teman.”

2. Johan Cruyff (Belanda)


Cruyff adalah pemegang gelar Pemain Terbaik Eropa tiga kali, rekor yang dibaginya bersama Platini dan Marco van Basten. Pada 1999, ia terpilih sebagai Pemain Terbaik Eropa Abad Ini versi IFFHS, dan hanya kalah oleh Pele di kategori Pemain Terbaik Dunia Abad ini. Selain dikenal karena sebagai penganut Total Football nomor satu, ia merupakan pemain yang sangat tenang menghadapi saat-saat sulit.

1. Diego Maradona (Argentina)


Kebengalannya tidak lantas membuat orang menutup mata atas bakat yang dimilikinya. Pada 2000 ia berbagi mahkota Pemain Terbaik Abad Ini versi FIFA bersama Pele, setelah sebelumnya menduduki tempat teratas pada polling online FIFA tentang Pemain Terbaik Abad ke-20. Meski “Gol Tangan Tuhan”-nya banyak menimbulkan kontroversi, siapa yang mampu melupakan gol-nya yang ditembakkan dari jarak 60 meter melawan Inggris di perempat-final Piala Dunia 1986? Bahkan Platini pernah berkata, “Apa yang bisa dilakukan oleh Zidane dengan bola, Maradona (foto) mampu melakukannya dengan sebuah jeruk.”

LEGENDA SEPAK BOLA MUSLIM
Seorang Zinedine Zidane, legenda hidup sepakbola Prancis, telah membuka mata dunia sebagai pemain sepakbola muslim yang paling sukses sepanjang sejarah sepakbola dunia. Zidane menjadi cerminan bagi pemain-pemain muslim lainnya bahwa pemain sepakbola dapat memberikan pengaruh yang luar biasa hebatnya bagi orang lain, jika pemain tersebut mampu memberikan teladan dari penampilannya di atas lapangan hijau.

Kehebatan Zidane itulah yang memacu pemain-pemain muslim lainnya untuk bisa melakukan hal yang sama. Di Prancis saat ini atau setelah Zidane mengundurkan diri, setidaknya telah lahir pemain muslim yang memiliki masa depan cerah. Dia adalah Franck Ribery.

Pemain tengah klub Olympique Marseille itu, masuk Islam dengan nama Bilal setelah menikahi perempuan muslim asal Maroko, Wahiba Belhami. Dari perkawinannya itu, pria kelahiran 1 April 1983 ini telah memiliki seorang anak perempuan Hizya, yang lahir 18 Juli tahun lalu. Nama Ribery menjadi ikon persepakbolaan Prancis lewat penampilannya yang memukau saat Piala Dunia 2006 di Jerman, Juni-Juli lalu.

Akan tetapi, dibanding Franck Ribery, ada lagi pemain muslim yang namanya saat ini sedang meroket. Dia adalah Robin van Persie. Van Persie adalah pemain kelahiran negeri Kincir Angin Belanda yang berdarah Maroko. Akan tetapi, sebelumnya dia bukanlah seorang muslim. Dia mulai masuk Islam setelah menikah dengan perempuan keturunan Belanda-Maroko, Bouchra.

Tidak heran kalau di Belanda banyak pemain sepakbola muslim. Seperti halnya Prancis, Belanda adalah negeri multirasial karena derasnya arus imigran. Bahkan, peranan para imigran sangat besar dalam membangun kedua negara tersebut, termasuk dalam industri sepakbola.

Ketika direkrut klub raksasa Inggris, The Gunners Arsenal, nama Van Persie belum menonjol. Itu lantaran dia masih terlalu muda dan sering tidak diturunkan oleh pelatih Arsene Wenger.

Akan tetapi, dia langsung menebar pesonanya di lapangan hijau jika dimainkan. Termasuk juga ketika pelatih tim Oranje Belanda, Marco van Basten menjadikan Van Persie sebagai pemain inti pada Piala Dunia 2006 di Jerman, Juni-Juli lalu.

Kegagalan Belanda di Jerman tak membuat Van Persie berhenti dalam berkarya dan berkreasi di atas lapangan hijau. Kemampuan Van Persie semakin menggila ketika dia kembali tampil bersama Belanda di Pra-Piala Eropa 2008.

Pada dua penampilan terakhirnya di Pra-Piala Eropa 2008, Van Persie membuktikan kepada negerinya bahwa dialah pemain muslim pertama yang langkahnya semakin mantap untuk menjadi sang legenda sepakbola Belanda, yang prestasinya patut disejajarkan dengan para legenda lainnya seperti Johan Cruyff, Marco van Basten, Ruud Gullit, dan lain-lain.

Setelah hilangnya sejumlah penyerang tangguh Belanda saat ini, baik karena aksi boikot maupun cedera seperti Ruud van Nistelrooy, Dirk Kuyt, dan lain-lain, nama Van Persie langsung melesat sebagai pemain kunci timnas Belanda.

Dia sudah membuktikan kepada Van Basten bahwa dia memiliki kemampuan ganda yang hebat, yakni sebagai pemain sayap kanan maupun striker murni. Dua kemampuan itu sudah dia buktikan di arena Pra-Piala Eropa 2008.

pemain sepakbola muslim di eropa

Zinedine Yazid Zidane
Kolo & Yaya Toure (Arsenal & Barcelona)
Robin Van Persie (Arsenal)
Nicholas anelka (Bolton)
Mohammed "Momo" Sissoko (Liverpool)
Ahmed Mido Hossam (Boro)
Hossam Ghaly (Totteham Hotspurs)
Franck "Bilal" Riberry (Bayern Muenchen)
Hamit & Halil Antiltop (Bayern Muenchen & Shalke 04)
Frederik Kanoute (Sevilla)
Mahamaddou Diarra (Real Madrid)
Eric Abidal (Barcelona)
Nuri Sahin (Feyenoord Rotterdam)
Sulley Ali Muntari (Pompey)
Zlatan Ibrahimovic (Inter)
Hassan "Brazzo" Salihamidzic (Juventus)
Khalid Boulahrouz (Sevilla)
Salomon Kalou (Chelsea)
El-Hadji Diouf (Bolton)
Diomanssy Kamara (Fulham)
Mohammed Kallon (Al-Ittihad ext. Inter & Monaco)
Emre Belozoglu (Newcastle)
hakan sukur (galatasaray & inter)

Thierry Henry (Barcelona) ...... kabarnya.